Rabu, 29 Januari 2014

Setiap Umatku Akan Masuk Surga



SETIAP UMATKU AKAN MASUK SURGA KECUALI YANG ENGGAN
Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Assalamualaikum Warahmatullai Wabarkaatuh
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz

setiap manusia pasti menginginkan  pada akhir hidupnya kelak ia akan masuk surga, karena surga adalah suatu tempat yang sangat indah, sampai-sampai Nabi menggambarkan keindahan surga itu belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak ada satu orangpun yang bisa membayangkannya ketika ia hidup, dan di dalam Alquranpun banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang keindahan surga, oleh karena itu tiap orang pasti menginginkan masuk surga, walaupun ada juga orang yang tidak mau memasukinya. mengapa ana tulis ada orang yang tidak mau masuk surga? Karena Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah, Ia berkata ; Rasulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya semua umatKu akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau”. Para sahabat bertanya, “ya Rasulullah, siapakah orang yang tidak mau itu?”. Beliau SAW bersabda, “ barang siapa yang menthaatiKu, ia pasti masuk surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiKu, maka berarti ia tidak mau”.(HR. Bukhary Juz 8,hal.139)

Dalam hadits tersebut Nabi mengatakan bahwa semua umatnya nanti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau, lalu para sahabat terheran-heran ko’ ada orang yang tidak mau masuk surga , itu siapa? kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah. Yang tidak mau masuk surga itu siapa ya Rasulullah? Lalu Beliau menjawab, siapa saja yang taat padaKu, pasti ia masuk surga, dan siapa yang tidak taat padaKu berarti ia tidak mau masuk surga.

Setelah memahami Hadits diatas, sekarang posisi kita dimana, apakah selama ini kita sudah taat pada Rasulullah, dengan mengikuti sunnah-sunnah Beliau, yang dengan ketaatan kita itu akan membawa kesurga. Atau selama ini kita malah mendurhakai beliau, dalam arti apabila kita diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasulullah, malah kita jawab, “tidak, cukuplah kami mengikuti bapak-bapak dan nenek moyang kami mengerjakannya”.

Maknanya, setiap umat beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam –kita termasuk di dalamnya- yang menaati beliau dan mengikuti jalan hidupnya pasti akan masuk surga. Sedangkan siapa yang tidak mau mengikuti beliau sungguh ia orang yang enggan masuk surga. Hal ini karena surga ada jalannya dan memiliki sebab-sebab yang harus diusahakan. Siapa yang menempuh jalannya dan mengusahakan sebabnya maka ia akan sampai kepada surga. Jalan dan sebab tersebut adalah mengikuti jalan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menaati beliau.
Orang yang mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang mentauhidkan Allah, istiqamah di atas syariat yang beliau bawa, mendirikan shalat, menunaikan zakat, bepuasa Ramadhan, birrul walidain, menjauhi larangan-larangan Allah berupa zina, minum minuman memabukkan, dan selainnya; maka orang seperti ini akan masuk surga. Kenapa, karena ia telah mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Adapun orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surga. Artinya, orang ini telah enggan masuk surga dengan amal-amal buruknya. Inilah makna hadits yang dijelaskan Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah.
orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surge
Orang yang Akan Masuk Surga
Menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mengikuti jalan hidupnya akan menghantarkan seseorang kepada jannah Allah Ta'ala. Karena siapa yang mentaati beliau pasti ia mentaati Allah Ta'ala. Sebabnya,  karena beliau hanya menyampaikan wahyu dari Allah dan bukan dari hawa nafsunya sendiri. Maka Allah firmankan,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
"Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah." (QS. Al-Nisa': 80
Kita temukan dalam banyak ayat, orang-orang yang akan masuk ke jannah. Yaitu orang yang menyerahkan diri kepada Allah untuk tunduk patuh kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini merupakan inti dari dakwah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Dan siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (QS. Ghaafir: 40)
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا
"Kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun." (QS. Maryam: 60)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaaf: 13-14), ayat-ayat serupa masih sangat banyak.
Akhlak adalah cerminan dari hati seorang muslim. Sehingga, perangai yang penuh adab dan sopan santun merupakan gambaran dari apa yang ada di dalam hatinya. Sebaliknya, tutur kata yang tidak beradab, sikap yang jelek, itupun merupakan gambaran isi hati seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Ketahuilah, di dalam jasad ada segumpal daging. Apabila baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma)
Bahkan akhlak yang baik adalah bukti kebenaran iman seseorang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, Kitab Ar-Radha’ Bab Ma Ja`a fi Haqqil Mar`ah ‘ala Zaujiha, no. 1082, dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 1232)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan kepada kita tentang akhlak Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Akhlak beliau adalah Al-Qur`an.” (HR. Muslim)
Karena akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Al-Qur`an, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa akhlak itu mencakup agama Islam secara keseluruhan. Baik akhlak terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, terhadap rasul-rasul-Nya ‘alaihimussalama, kitab-kitab-Nya, maupun akhlak terhadap hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lainnya.
Dari sini pula kita dapatkan bahwa kebanyakan orang masih berpandangan sempit tentang akhlak. Seakan-akan, akhlak hanya terbatas pada tutur kata dan penampilan yang menarik saja.
Padahal cakupannya luas, seluas syariat Islam.
Di antara hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling berhak untuk kita beradab dan berakhlak yang baik adalah para nabi dan rasul ‘alaihimussalam, terutama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengapa demikian? Karena, kita tidak mungkin mengetahui jalan yang benar dan melaksanakan ibadah yang bisa diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali dengan Sunnah dan thariqah (jalan) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Realisasi dan wujud berakhlaknya seorang mukmin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya:
Pertama: Beriman kepadanya dan beriman pula kepada apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid: 28)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan beberapa perkara kepada orang-orang yang bertakwa dan beriman kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandakan pahalanya dua kali lipat, dan ini merupakan rahmat-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya cahaya ilmu dan petunjuk, sehingga mereka bisa berjalan dengannya di dalam gelapnya kejahilan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya.
Inilah buah yang akan didapat oleh orang-orang yang beradab dan berakhlak baik, khususnya terhadap Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebaliknya, orang yang tidak beradab dan berakhlak baik terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan gugur amal-amalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi. Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al-Hujurat: 2)
Mengangkat suara kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja bisa menggugurkan amalan. Lebih-lebih berbagai macam syirik, bid’ah, hizbiyah, kemaksiatan, dan kemungkaran lainnya.
Kedua:  Membenarkan segala berita yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 2-4)
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia berkata:
كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ فَقَالُوا: إِنَّكَ تَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا؟ فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنِّـي إِلَّا حَقٌّ
Aku senantiasa menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk aku hafal. Maka kaum Quraisy melarangku dan berkata: ‘Engkau menulis segala yang engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia, beliau berkata dalam keadaan marah maupun ridha?’ Aku pun menahan diri dari menulis hingga aku sebutkan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran’.” (HR. Ahmad, 2/162. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1532, dan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad no. 768)
Sehingga, berita apapun yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib kita membenarkannya, baik berita itu masuk akal ataupun tidak. Baik berita itu sudah terjadi, sedang terjadi, atau yang akan terjadi. Semuanya adalah benar, selama berita tersebut shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh seseorang mempertentangkannya dengan mazhab, pemikiran, atau pendapat siapapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah (yakni Kitabullah) dan Rasul-Nya (yakni Sunnahnya), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurat: 1)
Berdasarkan ayat ini, berita apapun yang bertentangan dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih adalah salah, siapapun yang mengatakannya. Demikianlah seharusnya akhlak dan adab seorang muslim terhadap berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga:  Menaati perintah dan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya)….” (An-Nisa`: 59)
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
Apa saja yang aku larang kalian darinya maka tinggalkanlah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka ambillah semampu kalian. Hanyalah yang membinasakan orang-orang yang sebelum kalian adalah banyaknya pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap para nabi yang diutus kepada mereka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Berbagai musibah, kehinaan dan kerendahan yang menimpa kaum muslimin adalah disebabkan ketidaktaatan dan ketidakberadaban terhadap perintah dan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63)
Keempat: Mengikuti dan berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang muslim tentu mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukti kecintaannya itu adalah dengan mengikuti dan berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31)
Mengikuti (ittiba’) Rasul merupakan solusi yang tepat tatkala menghadapi perselisihan dan perpecahan yang terjadi pada umat ini. Di samping itu, ittiba’ akan membuahkan keselamatan di dunia dari kesesatan, dan keselamatan di akhirat dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup panjang, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib kalian berpegang dengan Sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing, yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dia menyatakan: “Hadits yang hasan shahih dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu.”)
Maka siapa yang mau tunduk ibadah kepada Allah semata, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya maka mereka itulah yang benar-benar menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sehingga mereka akan menjadi penghuni surga. Semoga Allah memasukkan kita semua dalam bagian ini. Wallahu Ta'ala A'lam
“Seoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua Aamiin”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar