SETIAP UMATKU
AKAN MASUK SURGA KECUALI YANG ENGGAN
Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Assalamualaikum Warahmatullai Wabarkaatuh
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz
setiap manusia pasti
menginginkan pada akhir hidupnya kelak ia akan masuk surga, karena surga
adalah suatu tempat yang sangat indah, sampai-sampai Nabi menggambarkan
keindahan surga itu belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh
telinga, dan tidak ada satu orangpun yang bisa membayangkannya ketika ia hidup,
dan di dalam Alquranpun banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang
keindahan surga, oleh karena itu tiap orang pasti menginginkan masuk surga,
walaupun ada juga orang yang tidak mau memasukinya. mengapa ana tulis ada orang
yang tidak mau masuk surga? Karena Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah, Ia
berkata ; Rasulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya semua umatKu akan masuk surga,
kecuali orang yang tidak mau”. Para sahabat bertanya, “ya Rasulullah, siapakah
orang yang tidak mau itu?”. Beliau SAW bersabda, “ barang siapa yang
menthaatiKu, ia pasti masuk surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiKu, maka
berarti ia tidak mau”.(HR. Bukhary Juz 8,hal.139)
Dalam hadits tersebut Nabi mengatakan bahwa semua umatnya
nanti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau, lalu para sahabat
terheran-heran ko’ ada orang yang tidak mau masuk surga , itu siapa? kemudian
mereka bertanya kepada Rasulullah. Yang tidak mau masuk surga itu siapa ya
Rasulullah? Lalu Beliau menjawab, siapa saja yang taat padaKu, pasti ia masuk
surga, dan siapa yang tidak taat padaKu berarti ia tidak mau masuk surga.
Setelah memahami Hadits diatas, sekarang posisi kita
dimana, apakah selama ini kita sudah taat pada Rasulullah, dengan mengikuti
sunnah-sunnah Beliau, yang dengan ketaatan kita itu akan membawa kesurga. Atau
selama ini kita malah mendurhakai beliau, dalam arti apabila kita diajak untuk
kembali kepada Allah dan Rasulullah, malah kita jawab, “tidak, cukuplah kami
mengikuti bapak-bapak dan nenek moyang kami mengerjakannya”.
Maknanya, setiap umat beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam –kita termasuk di dalamnya- yang menaati beliau dan
mengikuti jalan hidupnya pasti akan masuk surga. Sedangkan siapa yang tidak mau
mengikuti beliau sungguh ia orang yang enggan masuk surga. Hal ini karena surga
ada jalannya dan memiliki sebab-sebab yang harus diusahakan. Siapa yang
menempuh jalannya dan mengusahakan sebabnya maka ia akan sampai kepada surga.
Jalan dan sebab tersebut adalah mengikuti jalan hidup Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan menaati beliau.
Orang yang mengikuti
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang mentauhidkan
Allah, istiqamah di atas syariat yang beliau bawa, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, bepuasa Ramadhan, birrul walidain, menjauhi larangan-larangan
Allah berupa zina, minum minuman memabukkan, dan selainnya; maka orang seperti
ini akan masuk surga. Kenapa, karena ia telah mengikuti Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam. Adapun orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta
tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah menolak
atau enggan masuk surga. Artinya, orang
ini telah enggan masuk surga dengan amal-amal buruknya. Inilah makna hadits
yang dijelaskan Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah.
“ orang yang tidak bersedia mengikuti
jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya
serta tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah
menolak atau enggan masuk surge”
Orang yang Akan Masuk Surga
Menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam dan mengikuti jalan hidupnya akan menghantarkan seseorang kepada
jannah Allah Ta'ala. Karena siapa yang mentaati beliau pasti ia mentaati Allah
Ta'ala. Sebabnya, karena beliau hanya menyampaikan wahyu dari Allah dan
bukan dari hawa nafsunya sendiri. Maka Allah firmankan,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ
اللَّهَ
"Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad),
maka sesungguhnya dia telah menaati Allah." (QS. Al-Nisa': 80
Kita temukan dalam banyak ayat, orang-orang
yang akan masuk ke jannah. Yaitu orang yang menyerahkan diri kepada Allah untuk
tunduk patuh kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Semua ini merupakan inti dari dakwah Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ
مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Dan siapa yang mengerjakan amal-amal
saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang beriman, maka mereka itu
masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun."
(QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا
بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Dan barang siapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka
mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab."
(QS. Ghaafir: 40)
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا
"Kecuali orang yang bertobat, beriman
dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya
(dirugikan) sedikit pun." (QS. Maryam: 60)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا
اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaaf: 13-14),
ayat-ayat serupa masih sangat banyak.
Akhlak adalah cerminan dari hati seorang
muslim. Sehingga, perangai yang penuh adab dan sopan santun merupakan gambaran
dari apa yang ada di dalam hatinya. Sebaliknya, tutur kata yang tidak beradab,
sikap yang jelek, itupun merupakan gambaran isi hati seseorang. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, di dalam jasad ada segumpal
daging. Apabila baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka
rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma)
Bahkan akhlak yang baik adalah bukti kebenaran
iman seseorang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, Kitab Ar-Radha’ Bab
Ma Ja`a fi Haqqil Mar`ah ‘ala Zaujiha, no. 1082, dishahihkan oleh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 1232)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan
kepada kita tentang akhlak Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah
ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak beliau adalah Al-Qur`an.” (HR.
Muslim)
Karena akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah Al-Qur`an, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa akhlak itu
mencakup agama Islam secara keseluruhan. Baik akhlak terhadap Allah Subhanahu
wa Ta’ala, terhadap rasul-rasul-Nya ‘alaihimussalama, kitab-kitab-Nya, maupun
akhlak terhadap hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lainnya.
Dari sini pula kita dapatkan bahwa kebanyakan
orang masih berpandangan sempit tentang akhlak. Seakan-akan, akhlak hanya
terbatas pada tutur kata dan penampilan yang menarik saja.
Padahal cakupannya luas, seluas syariat Islam.
Di antara hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang paling berhak untuk kita beradab dan berakhlak yang baik adalah para nabi
dan rasul ‘alaihimussalam, terutama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mengapa demikian? Karena, kita tidak mungkin mengetahui jalan yang
benar dan melaksanakan ibadah yang bisa diterima oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, kecuali dengan Sunnah dan thariqah (jalan) Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Realisasi dan wujud berakhlaknya
seorang mukmin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya:
Pertama: Beriman kepadanya dan beriman pula kepada apa
yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para
rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah
memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang
dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid: 28)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjanjikan beberapa perkara kepada orang-orang yang bertakwa dan beriman
kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandakan
pahalanya dua kali lipat, dan ini merupakan rahmat-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya
cahaya ilmu dan petunjuk, sehingga mereka bisa berjalan dengannya di dalam
gelapnya kejahilan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni
dosa-dosanya.
Inilah buah yang akan didapat oleh orang-orang
yang beradab dan berakhlak baik, khususnya terhadap Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebaliknya, orang yang tidak beradab dan berakhlak
baik terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan gugur amal-amalnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ
تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ
بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ
لاَ تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi. Dan janganlah kamu berkata
kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu
terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus amalanmu sedangkan kamu tidak
menyadari.” (Al-Hujurat: 2)
Mengangkat suara kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam saja bisa menggugurkan amalan. Lebih-lebih berbagai macam
syirik, bid’ah, hizbiyah, kemaksiatan, dan kemungkaran lainnya.
Kedua: Membenarkan segala berita yang Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak
pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(An-Najm: 2-4)
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia berkata:
كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ
أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي
قُرَيْشٌ فَقَالُوا: إِنَّكَ تَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ
صلى الله عليه وسلم وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي
الْغَضَبِ وَالرِّضَا؟ فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ
اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا
خَرَجَ مِنِّـي إِلَّا حَقٌّ
“Aku senantiasa menulis segala sesuatu yang
aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk aku hafal. Maka
kaum Quraisy melarangku dan berkata: ‘Engkau menulis segala yang engkau dengar
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah manusia, beliau berkata dalam keadaan marah maupun
ridha?’ Aku pun menahan diri dari menulis hingga aku sebutkan hal itu kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: ‘Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah
keluar dariku kecuali kebenaran’.” (HR. Ahmad, 2/162. Dishahihkan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1532, dan Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad no. 768)
Sehingga, berita apapun yang shahih dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib kita membenarkannya, baik berita
itu masuk akal ataupun tidak. Baik berita itu sudah terjadi, sedang terjadi,
atau yang akan terjadi. Semuanya adalah benar, selama berita tersebut shahih
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh seseorang
mempertentangkannya dengan mazhab, pemikiran, atau pendapat siapapun. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ
تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah (yakni Kitabullah) dan Rasul-Nya (yakni Sunnahnya), dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Al-Hujurat: 1)
Berdasarkan ayat ini, berita apapun yang
bertentangan dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih adalah salah, siapapun
yang mengatakannya. Demikianlah seharusnya akhlak dan adab seorang muslim
terhadap berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga: Menaati perintah dan larangan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya)….” (An-Nisa`: 59)
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.”
(Al-Hasyr: 7)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ
فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ
وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
“Apa saja yang aku larang kalian darinya
maka tinggalkanlah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka
ambillah semampu kalian. Hanyalah yang membinasakan orang-orang yang sebelum
kalian adalah banyaknya pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap para
nabi yang diutus kepada mereka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Berbagai musibah, kehinaan dan kerendahan yang
menimpa kaum muslimin adalah disebabkan ketidaktaatan dan ketidakberadaban
terhadap perintah dan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ
عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
(An-Nur: 63)
Keempat: Mengikuti dan berpegang teguh dengan Sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang muslim tentu mencintai Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Bukti kecintaannya itu adalah dengan mengikuti dan berpegang teguh
dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31)
Mengikuti (ittiba’) Rasul merupakan solusi yang
tepat tatkala menghadapi perselisihan dan perpecahan yang terjadi pada umat
ini. Di samping itu, ittiba’ akan membuahkan keselamatan di dunia dari
kesesatan, dan keselamatan di akhirat dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا
عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian
yang hidup panjang, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib
kalian berpegang dengan Sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing, yang
mendapatkan petunjuk. Gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan
hati-hatilah dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara baru adalah
bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dia
menyatakan: “Hadits yang hasan shahih dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu
‘anhu.”)
Maka siapa yang mau tunduk
ibadah kepada Allah semata, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
maka mereka itulah yang benar-benar menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam sehingga mereka akan menjadi penghuni surga. Semoga Allah memasukkan kita semua dalam bagian
ini. Wallahu Ta'ala A'lam
“Seoga tulisan
ini bermanfaat bagi kita semua Aamiin”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar