Minggu, 30 Maret 2014

Masih Bisa Bernafaskah Aku Besok Pagi



 Hari : Ahad, 30 Maret 2014 M.                                      

                                      Masih Bisa Bernafaskah Aku Besok Pagi
                                               #Oleh : Abu Samah Al-Hafidz


Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkaatuh...
Wahai saudaraku dan saudariku...
Ingatlah wahai saudariku dan saudariku bahwasanya kita hidup di dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan kehidupan akhiratlah yang kekal....
Setiapa manusia akan merasakan mati, mungkin selama kita di dunia tidak pernah sadar untuk memikirkan akan kehidupan akhirat, hanya bisa memikirkan kehidupan dunia, mencari uang yang banyak, membangun rumah semegah mungkin dan lain sebagainya...
Wahai saudaraku dan saudariku...! 
Manusia akan melewati tahapan demi tahapan dalam perjalanannya menuju allah swt. Dari dalam ruh ke alam rahim hingga kemudian tanpa disadari kita semua akan mati kemudian berpindah ke alam barzah sampai manusia melangsungkan perjalanannya menuju allah swt.
Kematian ialah akhir dari kehidupan dunia, ia tamu tak diundang, tak ada seorangpun yang sanggup menghalanginya, dan ia adalah perintah allah swt yang selalu taat setiap saat. Itulah malaikat maut yang ditugaskan untuk mencabut nyawa manusia.
Allah swt berfirman: “Katalah : malaikat maut yang disuruh iuntuk mencabut nyawa mu akan memetikanmu, kemudian kepada rabbumu, kamu akan dikembalikan”. (As-sajadah :11).
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari syaddad bin Aus radhiyaullahuanhu, ia berkata: kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan di akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang di bangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak akan nyenyak dalam tidurnya.” (Al-Maut hlm. 69).
Sesungguhnya kematian itu sebuah ketentuan yang pasti, hakikat yang menakutkan, perkara yang tak terduga kedatangannya. Ia akan menjemput semua orang hidup, ia tak pandang bulu, mulai dari anak-anak sampai dewasa, pria maupun wanita, miskin maupun kaya.
            Allah Swt. Berfiman: setiap yang berjiwa pasti merasakan mati. (Al- Anbiya:35).
        Allah Swt. Berfiman juga : dan kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad), maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal”. ? (An-nisa:35).
            Semuanya tak dapat mengelak, menghindar, dan bersembunyi darinya walaupun berada dalam bangunan yang kuat dan kokoh.
  Allah Swt. Berfirman: dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh. (An-nisa:78).
        Allah Swt. Berfriman: katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu.(Al-jumuah:8).
Wahai saudaraku dan saudariku...!
Keinginan manusia sungguh tak tebatas sejauh mata memandang dan seindah fikiran menghayal. Jika demikian, sementara sudah dapat dipastikan bahwa kita tidak tau kapan kematian itu akan datang, maka seharusnya kita semua segera bertaubat dan senantiasa mengingat-Nya supaya kita dapat mempersiapkan bekal, sebagaimana Rasulullah Saw. Menganjurkan hal tersebut: “perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan: yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di wakti luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu.” (HR. Ath-Thobaroni dan Al-Hakim, Shahih Al-jamiush Shaqhir: no.1222, Shahih At-targhib, no. 3333).
Wahai saudaraku dan saudariku...!!! Kita mengira masih ada waktu besok dan besok, sedang yang kita punya mungkin lebih pendek dari itu. Wallahu’alam.

Kamis, 27 Maret 2014

Adab Berbicara

ADAB BERBICARA
     #Oleh: Abu Samah Al Hafidz

            Berbicara adalah hal yang sangat manusiawi atau fitrah insaniyah. Sebagai ajaran yang syamil dan mutakamil (komprehensif dan utuh), Islam juga sangat memperhatikan dengan lisan sehingga memberikan arahan yang termaktub dalam adaabul hadits (adab berbicara).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa lisan dapat membawa atau menyebabkan seseorang masuk surga atau neraka. Dan di hadits lainnya diingatkan bahwa setiap anak cucu Adam akan diminta pertanggung jawaban atas perkataan-perkataannya, baik yang sengaja maupun tidak

Manfaat adab dalam berbicara

1. Bisa menikmati kondisi diam sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkan kepada umatnya, karena segala perkataan Rasul adalah bernilai dzikir dalam pengertian yang luas. Bila beliau berbicara, maka bicaranya dzikir dan bila beliau diam, diamnya adalah dalam rangka berfikir.

2. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau (lebih baik) diam”.
(HR. Bukhari Dan Muslim)

3. Bila kita biasa mematuhi adab berbicara, maka kita akan memiliki kemampuan menasehati secara baik. Karena jika terlalu mengumbar lisan, perkataan dan nasehat kita membekas atau memberi kesan mendalam terhadap orang yang kita nasehati, hendaknya kita senantiasa menjaga shalat lail, shaum sunnah, tadarrus Al-Qur’an dan shalat sunnah rawatib.

4. Terhindar dari menjadi ulama yang su’ (ulama yang buruk). Penampilan ulama su’ ini terkesan alim, islami namun ternyata di dalamnya busuk, sesat dan menyesatkan. dalam QS. Ash-Shaff ayat 2-3, Allah mengingatkan dan mengancam orang-orang yang tidak memiliki kesesuaian antara kata dan perbuatan

Agar bisa meraih manfaat tersebut, seorang Muslim harus mematuhi adab-adab berbicara, yakni :

1. Wadih. Bila kita berbicara hendaknya kata-kata kita wadih alias jelas, tegas, lugas dan mudah dicerna atau difahami. Hadits dari Aisyah r.a: “Adalah kata-kata Rasulullah, kata-kata yang jelas dan mudah difahami oleh orang yang mendengar di sekitarnya”. Apalagi tujuan komunikasi yang utama adalah memberikan pengertian atau kefahaman kepada orang yang diajak berkomunikasi Rasulullah SAW selalu mencontohkan bagaimana berbicara dengan wadih, sampai-sampai sahabat-sahabat bisa menghitung kata-kata yang disampaikan beliau.

2. Sederhana dan tidak difasih-fasihkan. Hendaknya seorang Muslim berbicara dengan bahasa yang sederhana, wajar tidak dilebih-lebihkan atau sok fasih. Se
layaknyalah kita melihat siapa orang yang kita ajak bicara apakah seorang yang terdidik atau bukan. Rasulullah SAW bersabda: “Berbicalah kepada manusia sesuai dengan kadar intelektualitas mereka”.

3. Menghindari pengulangan pembicaan yang bisa menimbulkan kejenuhan. Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud biasa memberikan taushiyah atau nasehat setiap hari kamis, sehingga sahabat yang lain pernah berkata padanya: “Hai Abu Abdurrahman, seandainya saja engkau bisa memberi nasehat setiap hari, niscaya kami akan senang”. Namun Ibnu Mas’ud malah menjawab, kami hanya memberikan nasehat sekali-sekali saja, karena Rasulullah juga hanya sekali-sekali saja memberi nasehat. Pada saat kami berada di dalam majelis.

4. Kata-kata yang digunakan hendaknya hanya kata-kata yang baik dan bernilai ibadah: Hindarilah kata-kata yang bersifat laghwi (sia-sia / tidak bermanfaat). Dalam hadits disebutkan oleh Rasulullah SAW: “Min husnil Islamil ma’i tarku ma laa ya’ nihi”.(HR. Tirmidzi). Termasuk di dalam kebaikan keislaman seseorang, maka ia meninggalkan hal-hal yang tidak berguna, termasuk kata-kata laghwi. Yang termasuk kategori kata-kata baik adalah salam, tegur sapa, nasehat, kata-kata yang memberi semangat, menghibur dan menghindari kata-kata laghwi (QS 23:3) sebagai ciri-ciri orang yang beriman.

Di dalam majelis selain ada yang berbicara tentu saja harus ada yang menjadi pendengar, karena itu selain adaabul hadits dibutuhkan pula adaabul istima’.
Dalam tubuh manusia boleh dibilang telingalah organ yang paling awal berfungsi dan kelak organ ini pula yang paling terakhir berhenti berfungsi.
Sahabat Nabi SAW, Abu Darda r.a pernah mengeluarkan kata-kata bijak: “Hendaknya kita belajar dari organ-organ tubuh yang diberikan Allah kepada kita. Mengapa Ia memberi kita dua telinga dan satu mulut, itu artinya kita harus lebih banyak mendengar ketimbang berbicara”.

Dan memang ternyata jauh lebih sulit menjadi pendengar yang baik daripada pembicara yang baik. Bahkan kadang-kadang kita menemui bahwa dalam satu majelis, ada orang-orang yang berbicara pada saat yang bersamaan dan tidak mau saling mendengar satu sama lain.

Karena itu penting bagi kita belajar mendengar. Ada saat-saat berbicara, tetapi ada juga saat-saat mendengar, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk adab mendengar dalam perspektif Islam:

1. Diam dan mendengarkan dengan baik dan seksama, maksudnya kita harus tahu kapan saat berbicara dan kapan saat diam dan mendengarkan. Bila sedang terjadi pembicaraan hendaknya kita berlaku santun, mendengarkan dan menyimak dengan baik dan seksama. Hendaknya kita tidak mengobrol dengan sesama pendengar lainnya.

2. Tidak boleh memotong pembicaraan. Bila memang penting bagi kita karena ada hal yang penting yang harus diinformasikan atau dikoreksi, hendaknya kita meminta izin dengan mengacungkan jari lebih dulu dan meminta maaf, bila tidak diizinkan hendaknya kita catat untuk kita tanyakan atau sampaikan setelah pembicara menyelesaikan uraiannya.

3. Menerima dan menghargai pembicaraan orang lain serta tidak meninggalkannya di saat selama isinya dalam rangka ketaatan pada Allah SWT, walaupun ada yang membosankan.

4. Tidak menepiskan pembicaraan orang lain walaupun kita sudah mengetahuinya selama tidak ada yang salah dalam kata-kata tsb. Atha’bin Rabah pernah diberitahu informasi oleh seseorang sementara hal itu sebenarnya sudah diketahui oleh Atha’ sejak sebelum orang itu lahir. Namun Atha’ tetap mendengarkan dengan penuh perhatian.

5. Tidak menunjukkan pada hadirin bahwa kita yang paling atau lebih banyak tahu. Sehingga misalnya sering berceletuk, berkomentar yang mengganggu, kecuali bila memang ditanya atau dirasakan sangat perlu
. Wallahu’alam.

Wahai Muslimah Ikutilah petunjuk Nabimu



Wahai Muslimah Ikutilah petunjuk Nabimu
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz

Saudariku..., semoga Allah membimbingmu, kita semua pasti menginginkan keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Kita semua sangat ingin mendapatkan rahmat (kasih sayang) Allah, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Karena kita sangat mengharapkan hal itu, maka kita harus menempuh jalannya, yaitu melaksanakan rukun islam yang lima: bersaksi bahwa tiadak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam adalah rasul-Nya, mendirikan shalat yang lima waktu dan menjaganya dengan baik, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhandan haji jika mampu. Kelima hal tersebut adalah kunci untuk meraih surga Allah yang kekal abadi dan selamat dari neraka-Nya.
            Kemudian ada kewajiban bagi seorang muslimah yang perintah ini datangnya dari Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya, yakni menutup aurat (berjilbab) ketia ia akan keluar rumah. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, kareana itu mereka tidak diganggu”  (QS. Al-Ahzab 33:59)
            Saudariku... apa yang menghalangimu untuk berjilbab???
            Sebagian muslimah berkata, “aku belom merasa siap untuk berjilbab karena imanku masih lemah”. Kita hendak bertanya, “kalau begitu kapan siapnya???  Apakah engkau bisa menjamin bahwa engkau masih akan hidup tahun depan??? Bagaimana seandainya ajal datang sebelum engkau merasa siap untuk berjilbab??? Apakah engkau tidak takut akan azab-Nya??? Ketauhilah saudariku, alasan seperti itu adalah bisikan syetan yang dibisikkan kedalam benakmu untuk menghalangimu dari menta’ati Allah”.
Sebagian lagi berkata, “Bukankah yang penting itu hati ??? kalau hati kita bersih saya pikir tak mengapa saya tidak berjilbab.” Jawabannya: Keimanan itu bukan hanya di hati saja, tapi iman itu adalah keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan anggota badan.
            Sebagian bertaka, “saya merasa malu untuk berjilbab karena sebagian besar teman-teman saya tidak berjilbab, kalau saya pake jilbab saya merasa terasing.” Jawabannya, “Islam mengajarkan agar seorang wanita merasa malu jika terlihat auratnya, bukan malah malu jika menutup auratnya. Suatu yang buruk tidak akan menjadi baik meskipun sebagian besar orang melakukannya. Allah Subhanallahu Wata’ala berfirman: “Katakanlah: “tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang bukruk itu mengagumkanmu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (QS. Al-Ma’idah 5:100).
Adapun hadits terasing, maka bersabrlah denga keadaan seperti itu karena Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Islam ini bermula dalam keadaan terasing, dan akan kembali menjadi terasing, maka berbahagialah orang-orang yang terasing.” (HR. Ahmad dan Muslim)
            Itu lebih baik daripada engkau mengikuti Trend yang menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya sehingga mencegahmu dari surga-Nya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam Bersabda, “ Ada dua golongan dari penghuni Neraka yang aku belom pernah melihatnya; (salah satunya adalah) wanita-wanita yang berpakain namun seperti telanjang, mereka menyimpang dan membuat orang lain menyimpang, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau surga itu dapat tercium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).
            Sebagian berkata, “Jika aku berjilbab aku takut tidak di terima jika melamar pekerjaan.” Jawabannya, semua pembendaharaan langit dan bumi ada di tangan Allah, dialah yang maha pemberi rizqi dan dia berjanji, “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizqi dari arah yang tidak disangka-sangkanya. (QS. At-Talaq 65:2). Maka hendaklahengkau bersangka baik kepada Allah.
Wallahu’alam.
“Semoga Allah meneguhkan hatimu untuk melaksanakan perintah-Nya dan membimbimngmu kejalan yang diridhai-Nya.” Aamiin.

Sabtu, 22 Maret 2014

Penjelasan 37 Hadits Keutamaan Membaca Al-Qur'an



Penjelasan ...
37 HADITS
KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN
فيض المعين في سبعة وثلاث حديثا في فضائل قراءة القران

Di susun oleh:
Abu Samah Al Hafidz

Berilmu Sebelum Berucap Dan Berbuat
Maktabatul Ilmu Tafsir Wal Hadits
Telp.082217346519
WWW.Maktabatul ilmu.com
Cetakan I, Jumadal Ula 1435 H./Maret 2014M.

Dilarang memperbanyak buku ini tanpa seizin penulis
                                          MUQODDIMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ واَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ اهْتَدَى بِهُدَاهُ وَعَمِلَ بِسُنَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أًمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Alhamdulillah Kitab ini menjelaskan 37 hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an  karena Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanallahu wata’ala berupa mukjizat yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam secara beransur-ansur sebagai petunjuk bagi ummat manusia hingga akhir zaman, di tulis dalam mushaf di awali dengan surah al-fatihah dan di akhiri dengan surah An-nas diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya termasuk ibadah.
Seorang hamba yang selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an. Yakni dengan mengimaninya, menerapkan tajwid dan makhrot dalam membacanya, menghafalkannya, memahami maknanya, ataupun mengamalkannya dengan menjadikan sebagai pedoman dan hujjah dalam kehidupannya, maka ia akan mendapatkan keutamaan dan kemulian di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat.
"ولقد يسرنا القرءان للذ كر"
واذا قرئ القران فا ستمعوا له وانصتوا لعلكم ترحموان (الاعراف  204)
“Dan apabila dibacakan al-quran maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapatkan rahamat” (QS Al-A’raf 204).
ورتل القرءان ترتيل (المزمل :4)
“Bacalah Al-Qur’an dengan tartil” (Al-Muzammil:4)
اقرأوا القران بلحون العرب وأصواتها ( أخرجه الطبرني)
“Bacalah Al-Qur’an dengan irama dan suara arab (yang fasih)”
Imam Ibnu Jazri Berkata :
والأخذ با لتجويد حتم لا زم من لم يصحح القران اثم لأ نه به الإله أنزل وهكذا منه إلينا وصلا
“Membaca Al-Qur’an dengan tajwid wajib. Siapa yang tidak membacanya dengan tajwid berdosa. Karena Allah menurunkannya dengan tajwid. Dan demikianlah Al-Quran dari-Nya samapai kepada kita”
خيركم  من تعلم القران وعلمه (رواه البخاري)
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
الذي يقرأ القران وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة (رواه البخاري و مسلم)
“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir akan bersam-sama malaikat yang mulia lagi taat”
Alhamdulillahn kami bersyukur Kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala, Rabb segala makhluk, yang dengan taufiqnya kami dapat menhadirkan kehadapan pembaca KITAB PENJELASAN 37 HADITS KEUTAMAAN MEBACA AL-QUR’AN
Semoga kitab ini bermanfaat bagi kaum muslimin dan muslimat. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.














DAFTAR ISI KITAB PENJELASAN 37 HADITS
MUQODDIMAH...
HADITS KE I           :
                                    Pahala Membaca Al-Qur’an...
HADITS KE II          :                      
                                    Al-Qur’an Dan Puasa Menjadi Syafaat ...
HADITS KE III        :
                                    Ahli Al-Qur’an Pimpinan Penduduk Surga          
HADITS KE IV        :
                                    Al-Qur’an Merupakan Kekayaan Istimewa         
HADITS KE V          :
                                    Adab-Adab orang Yang hafal Al-Qur’an 
HADITS KE VI        :          
HADITS KE VII       :          
HADITS KE VIII     :
HADITS KE IX        :
HADITS KE X          :
HADITS KE XI        :
HADITS KE XII       :
HADITS XIII           :
HADIT KE XIV       :
HADITS KE XV       :
HADITS KE XVI     :
HADITS KE XVII    :
HADITS KE XVIII  :
HADITS KE XIX     :
HADITS KE XX       :
HADITS KE XXI     :
HADITS XXII           :
HADITS KE XXIII  :
HADITS KE XXIV :
HADITS KE XXV    :
HADITS KE XXVI  :
HADITS KE XXVII :
HADITS KE XXVIII:
HADITS KE XXIX  :
HADITS KE XXX    :
HADITS KE XXXI :
HADITS KE XXXII :
HADITS KE XXXIII:
HADITS KE XXXIV:
HADITS KE XXXV :
HADITS KE XXXVI:
HADITS KE XXXVII:       






Hadits Ke I
Pahala Membaca Al-Qur’an
من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة يعشر أمثلها لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف
“Barangsiapa yang membca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan,dan kebaikan itu akan dilipatkan sepuluh kali pahala. Tidaklah aku katakan bahwa ‘Alif lam mim itu satu huruf,akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf,mim satu huruf.”(HR. Tirmidzi)
Hadits ini menjelaskan bahwa sanya orang yang membca satu huruf dari Al-Qur’an yaitu kitabullah maka orang tersebut mendapatkan kebaikan dan akan dilipat gandakan sepuluh kali kebaikan (pahala) melaikan Allah Subhanallahu wa ta’ala memberikan pahala dari satu hurf Al-Qur’an yang mereka baca setiap hari maupun setiap waktu.
Hadits di atas mengandung faidah:
1.      Orang yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an akan mendapatkan kebaikan
2.      Di wajibkan bagi kaum muslimin untuk selalu membaca Al-Qur’an
3.      Bahwa sanya orang yang selalu dekat dengan Al-Qur’an akan tenang hatinya

Hadits Ke II
Al-Qur’an Dan Puasa Menjadi Syafa’at

إقرأوا القران فإن الله تعالي لايعذب قلبا وعى القران ، وإن هذا القران مأ دبة الله فمن دخل فيه فهو امن ومن أحب القران فليبشر (رواه الدارمي)
“bacalah al-quran karena Allah Subhanallahu Wata’ala tidak akan menyiksa hati yang berisi (hafal) Al-quran dan sesungguhnya Al-quran itu adalah hidangan dari Allah, barangsiapa masuk padanya maka ia akan aman dan barangsiapa mencintai Al-quran, maka bergembiralah” (HR. Ad-Darimi).
من قرأ القران فقد استدرج النبوة بين جنبيه غير أنه لا يوحى إليه (رواه حاكم والبيهقي)
“Barangsiapa yang membaca Al-quran, maka sungguh dirinyatelah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak di berikan wahyu kepadanya” (HR. Hakim dan Al-Baihaqi). 
مثل المؤمن الذي بقرأ القران مثل الأترجة ريحها طيب وطعمها طيب . ومثل المؤمن الذي لايقرأ القران كمثل التمرة لاريح لها وطعمها حلو . ومثل المنافق الذي يقرأ القرأن مثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر. ومثل المنافق الذي لايقرأ القرأن كمثل الحنظلة لا ريح لها وطعمها مر (رواه البخاري و مسلم)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah sitrun (citrus medica) yang buahnya harum dan rasanya sedap. Perumpamaah orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak berbau dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafiq yang membaca Al-Qur’an seperti sekuntum bunga, buahnya harum dan rasanya pahit. Perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Al-Quran seperti buah hanzhalah (colocynth) tidak berbau dan rasanya pahit” (HR. Bukhari dan Muslim).
ما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة ، وحفتهم الملائكة , وذكرهم الله فيمن عنده (رواه مسلم)
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, sedangkan mereka membaca kitabullah (Al-Qur’ah) dan mempelajarinya kecuali ketenangan turun (datang) kepada mereka, rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka pada orang-orang (penduduk langit) yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)
 "Masih bersambung.......