Sabtu, 11 Januari 2014

MAKTABAH



MAKTABAH ABU SAMAH

BAB I
AQIDAH
A.    Difinisi Aqidah
Aqidah menurut bahasa arab (etimologi) bersal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, at-taustsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwa-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang umum, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpu bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala dengan segala pelaksanaannya kewajiban bertauhid dan taat kepadanya, beriman kepada malaikat-malaikatnya, Rasul-Rasunya, Kitab-kitabnya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang perinsip-perinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (consensus) dari salafush shahih, serta seluruh berita-berita qath’I (pasti), baik secara ilmiyah maupun secara amaliyah yang telah di tetapkan menurut Al-Quran danAs-Sunnah yang shahih setelah ijma’ salafush Shalih.
B.     Pembagian Tauhid
1.       Tauhid Rububiyah
Maknanya, pengakuan akan perbuatan-perbuatan Allah, yang mengatur dan menata alam semesta. Tauhid ini dinamakan tauhid Rububiyah yang berarti wujudnya pengakuan seorang hamba bahwa hanya Allah semata yang Mencipta, Yang Memberi rizki, Yang Mengatur dan Menata segala perkara, Ialah yang memberi dan menahan, yang mengankat dan menjatuhkan, yang memuliakan dan yang menghinakan, yang menghidupkan dan yang mematikan. Dialah yang maha berkehendak atas segala sesuatu.
MAKTABAH ABU SAMAH

 Secara umum, orang-orang musyrik mengikuti tauhid ini, Allah subhanallah ta’ala berfirman :
“Dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka: siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab :”Allah”. (Qs. Al-Zukhruf:87).
 “Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab: “Allah” (Qs.Luqman: 25)
Katakanlah: siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepda-Nya”? (Qs.Yunus: 31)
            Mereka mengetahui tauhid ini, akan tetapi mamfaat dari pengakuan tersebut tidak Nampak dalam tauhid ibadah mereka kepada Allah. Tidak wujud dalam mengikhlaskan peribadatan hanya kepada-Nya. Mereka mengambil perantara antara mereka dengan Allah yang

MAKTABAH ABU SAMAH

mereka yakini bahwa perantara tersebut dapat member syafa’at sekaligus mendekatkan mereka sedekat-dekatnya dengan Allah. Sebgaimna dalam firman-Nya:
“Dan mereka menyembah selain dari pada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemamfaatan, dan mereka berkata: mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. (Qs.Yunus: 18)
            Maka Allah membantah mereka:
Katakanlah: Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak di ketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi? Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Qs.Yunus: 18).
            Dialah Allah yang tidak sekutu baginya, baik di langit maupun di bumi, hanya dialah satu-satunya, yang tunggal dan tempat bergantung, yang berhak untuk di sembah, yang Maha Agung lagi Maha Tinggi.
2.  Tauhid ibadah atau uluhiyyah
            Ini adalah penjabaran dari kalimat la ilaha illa Allah, artinya yaitu tidak ada sesembahan yang berhak untuk di sembah kecuali Allah subhanallah ta’ala, ia meniadakan sesembahan-sesembahan selain Allah subhanallah ta’ala dan menetapkan bahwa penyembahan hanya untuk Allah semata.
MAKTABAH ABU SAMAH

Kalimat ini adalah pokok agama dan dasar segalanya, juga kalimat yang didakwahkan Nabi sallallahu alaihi wasallam kepada kaumnya, kepada pamanya Abu Thalib namun ia tidak menerimnya akhirnya ia meninggal dalam agama nenek moyangnya.
            Allah telah menjelaskan maknanya dalam banyak ayat maupun hadist, di antaranya adalah firman Allah:
 “Dan tuhanmu adalah tuhan yang maha Esa; tidak ada tuhan melainkan dia yang lagi maha pemurah lagi maha penyayang”. (Qs.Al-Baqarah: 163)
     “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia”. (Qs.Al-Isra’: 23)
 “Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami meminta pertolongan”. (Qs.Al-Fatihah: 5)

MAKTABAH ABU SAMAH

 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Qs.Al-Bayyinah:5)
            Dan masih banyak lagi ayat yang semisal, semua menjelaskan makna kalimat tersebut yaitu meniadakan sesembahan selain Allah dan menetapkan sesembahan hnaya untuk Allah semata.
Sebagaimana firman Allah:
 “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, dialah (tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar”. (Qs.Al-Hajj: 62)
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar”. (Qs.Luqman: 30)
            Hanya Allah yang maha besar, pemilik seruan kebenaran, ibadah kepada-Nya adalah sebuah kebenaran mutlak yang tidak di miliki oleh siapapun selain dia Subhanahu wa Ta’ala. Maka tidak boleh memohon bantuan melainkan hanya kepada-Nya, tidak boleh bernazar kecuali kepada-Nya, tidak boleh bertawakkal kecuali kepada-Nya, tidak boleh meminta kesembuhan kecuali kepada-Nya, tidak boleh melakukan thawaf kecuali di rumah-Nya (ka’bah), begitu juga
MAKTABAH ABU SAMAH

dengan seluruh jenis-jenis ibadah yang lainnya. Dia lah yang Maha besar, yang Memiliki agama yang haq. Maka barang siapa yang meyakinin jenis tauhid ini, menjaga serta memahami maknanya dengah penuh keistiqomahan ia akan sampai pada satu keyakinan bahwa hanya Allah satu-satunya Illah yang haq, yang berhak untuk di sembah tampa ada sekutu dari makhluk ciptaan-Nya. Barang siapa yang tidak meyakini salah satu dari ketiganya maka sama saja tidak meyakini ketiga-tiganya, karena semuanya saling berkaitan dan berhubungan.
            Tidak ada keislaman tanpa ketiganya, maka siapa yang mengingkarinya sifat-sifat serta nama-nama Allah maka hakikatnya ia tidak memiliki agama, siapa yang berkeyakinan bahwa ada sekutu bagi Allah dalam mengatur alam semesta dan segala perkara yang ada maka berdasarkan ijma’ ulama sungguh ia telah kafir syirik dalam tauhid rububiyyah.
            Adapun tauhid ibadah, maka tauhid inilah yang diingkari oleh orang-orang musyrik terdahulu, sebagaimana hal ini diingkari juga oleh orang musyrik dewasa ini. Mereka tidak meyakini hal ini, mereka menyekutukan Allah dengan yang lainnya dalam beribadah, mereka menyembah batu-batuan, pohon-pohonan, berhala-berhala, dan para wali-wali dari kalangan orang-orang shaleh, mereka memohon bantuan kepada mereka, bernazar kepada mereaka bahkan menyembelih kurban untuk mereka serta masih banyak lagi perkara-perkara yang di lakukan para penyembah kubur, berhala-berhala, batu-batuan dan sejenisnya yang menjadikan mereka terjatuh dalam kekufuran dan kesyirikan, bila mereka mati dalam keadaan sedemikian niscaya dosa mereka tidak akan di ampunin.
            Dalam firman Allah:
 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunin dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang di kehendakinya”. (Qs.Al-Nisa’: 48)
MAKTABAH ABU SAMAH

Juga dalam firmannya:
 “Seandainya mereka mepersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (Qs.Al-An’am: 88)
            Juga dalam firmannya:
 “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”.(Qs.Al-Maidah: 72)
            Maka tidak ada jalan selain merealisasikan tauhid ini, dan jalan mengesakan Allah dala beribadah dan tidak menjadikan sekutu baginya Subhanallahu wa Ta’ala, beristiqomah secara penuh, berdakwah kepadanya, membangun loyalitas dan anti loyalitas di atas dasar tauhid. Banyak di antara manusia yang terjatuh dalam ke syirikan di sebabkan oleh kebodohan dan tidak adanya ilmu yang jelas tentang perkara ini, sehingga mereka menyangka bahwa mereka tetap berada di atas petunjuk yang benar. Allah berfirman:
 “Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk”. (Qs.Al-A’raf: 30)
           
MAKTABAH ABU SAMAH

Dalam firmannya berkaitan dengan orang-orang nasrani dan yang sejenis mereka:
“Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”.(Qs. Al-Kahfi: 103-104)
            Disebabkan oleh kejahilan dan hati yang tertutup, orang-orang kafir menyangka bahwa mereka tetap melakukan perbuatan baik, padahal mereka telah menyembah selain Allah, berdo’a, memohon bantuan, berkurban, bernazar dan selainnya kepada selain Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Semuanya di sebabkan oleh kejahilan dan minimnya ilmu yang mereka miliki. Berkaitan dengan fenomena ini, Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (Qs.Al-Furqon: 44)
 “Dan sesunggunya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak di pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah)”. (Qs.Al-A’raf: 179)
MAKTABAH ABU SAMAH

3.      Tauhid Nama-nama dan sifat-sifat Allah
            Tauhid ini merupakan bagian dari tauhid Rububiyah yang juga di akui dan di ketahui oleh orang-orang musyrik. Tauhid ini merupakan konsekwensi mutlak dari tauhid Rububiyah, hal ini di karenakan bahwa sanya dzat yang di yakini sebagai pencipta, pemberi rizki, dan pemilik segala sesuatu pastilah memilki semua nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia.
            Dialah yang memiliki kesempurnaan mutlak baik dalam dzat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya serta segala perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya, Ia adalah dzat yang tak terjangkau oleh penglihatan para mahkluk dialah yang maha mendengar lagi Maha mengetahui, Allh berfirman:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha mendengar dan melihat”. (Qs.Asysyuro’: 11)
Katakanlah: Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun  yang setara dengan dia. (Qs.Al-Ikhlas: 1-4)
            Orang-orang kafir pada hakikatnya mengetahui tuhan mereka memilki nama-nama dan sifat-sifat. Akan tetapi sebagian di antara mereka mengingkari sifat-sifat al-Rahman, maka Allah membalas kedustaan mereka dalam firmannya:

MAKTABAH ABU SAMAH

“Demikianlah, kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-quran) yang kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada tuhan yang maha pemurah. Katakanlah: dialah tuhanku tidak ada tuhan selain dia; hanya kepadanya aku bertawakkal dan hanya kepadanya aku bertaubat”. (Qs.Al-Ra’d: 30)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar